Monday, November 12, 2018

Seberapa Jauh Kita Ingin Mengingat



Ada jenis-jenis ingatan yang mungkin tidak semua orang ketahui. Terlepas dari ingatan jangka pendek dan panjang; dimana rupanya ingatan jangka pendek hanya meneruskan hal-hal dan rasa serta berbagai fakta lainnya yang menurut kita penting.

Ternyata, dan rupanya, kita tidak bisa menseleksi yang mana masuk ingatan jangka pendek dan mana yang masuk ingatan jangka panjang. Berkat pengetahuan yang kita terima, pengalaman yang kita rasakan, definisi yang ditularkan kamus dan orang-orang sekitar kita, serta pahitnya kenyataan yang terasa di hati, inilah yang membuat kategori penting dan tidak penting dalam benak kita.

Pada ingatan jangka panjang, ada dua jenis ingatan yang menurut saya cukup menarik. Yang pertama adalah ingatan episodik (tentang peristiwa) dan ingatan semantik (pengetahuan tentang fakta). Contoh yang sangat sederhana, pada Jumat sore terjadi hujan maka ingatan episodik berkata terjadi hujan dalam bentuk peristiwa dimana Anda kehujanan. Dalam ingatan semantik, Anda sebagai yang terlibat di dalamnya turut merasakan dan mengetahui bahwa Anda kehujanan.

Satu-satunya yang membedakan antara episodik dan semantik adalah unsur keterlibatan dan definisi fakta. Terjadinya perang dunia ke 2, kita tidak merasakannya tapi kita ketahui secara episodik itu terjadi. Faktanya terhadap kita adalah rasa yang diakibatkan setelah itu, dimana jika kita mengukur beberapa negara mengalami penderitaan atau penurunan secara kesejahteraan, tolak ukur dari kata 'derita' dan 'sejahtera' kadang sangatlah berbeda antar satu manusia dengan yang lain.

Bahwa dalam ingatan episodik atau peristiwa kebakaran yang terjadi, fakta tersebut pun mempengaruhi kondisi emosional orang-orang yang terlibat secara berbeda, padahal tingkat kerusakannya bisa kita ukur bersama secara material.

+++

Bayangkan konektivitas ingatan dengan suatu hal yang immaterial. Dimana tiap-tiap pribadi tumbuh dengan pengalaman yang berbeda satu sama lain. Hal-hal yang membahagiakan dan hal-hal yang membuat trauma. Yang lambat laun membentuk penggaris dan neraca penting tidak penting, lalu masuk ingatan jangka panjang.

Jangan pernah salahkan mereka yang tidak pernah menghargai perbuatan kecil atau besar kita, seperti menahan pintu untuk orang lain, membukakan tutup botol air minum, menunda menginjak gas dan membiarkan mobil mereka lewat, atau bahkan memberikan rumah - mobil dan masa depan untuk seseorang.

+++

Kenapa?

Sesederhana kita tidak menanyakan begitu saja secara lantang kepada orang tentang APA YANG PENTING BUATMU; karena tidak semua orang pun mau jujur bahwa bukan perlakuan sopan yang mereka harapkan tapi material things, bukan kebersamaan yang mereka cari tapi tercapainya tujuan macam membangun bisnis, bukan mobil dan rumah yang diinginkan tapi kehangatan saat ini. Ini adalah hal-hal yang mengakibatkan salah dugaan.

+++

Kenapa salah dugaan?

Karena kita mengukur sikap orang lain dan menariknya menjadi fakta. Sama halnya ingatan periodik dan semantik; peristiwa terjadi, akan tetapi fakta yang dilihat satu sama lain bisa berbeda, tergantung dari cara otak berfikir (dan hati, jika ada hati, yang bisa merasa).

Fakta bahwa tangan tersundut pematik api, satu orang boleh melihatnya sebagai fakta dia sengaja disakiti oleh orang yang satu, tapi orang yang lain juga bisa melihatnya murni sebagai ketidaksengajaan dan apabila benar tidak sengaja, tentu dia berharap agar hal ini bisa dimaklumi.

+++

Kenapa maklum dan bukan maaf?

Karena ada ungkapan mohon maaf atas tindakan yang disengaja dan tidak, menambahkan fakta bahwa kebenaran tidak ada yang absolut. Kita bisa menuduh orang lain berbuat dengan sengaja, namun jika tidak bagaimana bisa kita memaksa orang tersebut mengakui hal yang prinsip seperti benar berbuat atau tidak.

Disini lah kadang kita mulai bisa berfikir hal-hal yang lebih sederhana. Mengandalkan kemampuan kita untuk lebih menyaring ingatan jangka pendek, jangan-jangan dalam kategori tidak pentingnya kita, ada pentingnya orang lain.

Jangan-jangan kita hanya tidak bisa menarik dan memanggil kembali hal-hal indah yang pernah dilalui, yang berserakan di antara ingatan jangka pendek dan panjang, terhambur di antara butuh - ingin, dan pemanjaan ego. Be kind, use soft words, eventho' we are disagree but think about what we want to achieve together and how to solve the problem, without making others feel miserable.


-another workplace, 2018


No comments: